23 Jul 2014

sepenggalan matahari.



Setulus embun
Secerah mentari
Semilir angin
Setangkup du'a
Sebingkai harapan
Sepenuh yakin
Bermuara pada serendah sujud.
Bersamanya salam melantun menanti harapan bahawa:
Embun itu akan melampaui haus di sana
Mentari itu akan menghangatkan kaki tak beralas di sana
Angin itu akan meniup peluh di sana
Du’a itu akan dikabulkan untuk yang di sana
Harapan itu akan diwujudkan bagi yang di sana
Yakin itu akan dihargai oleh pemilik bumi
Semuanya adalah cita-cita jiwa yang tertoreh luka pada batinnya
Ketika luka lahiriah menyayat tubuh-tubuh muda di sana.

Pada suatu kota yang kita ketahui bersama,
Airmata sudah bukan airmata.

Pada setiap tubuh yang kita tahu terluka,
Darah sudah bukan darah.

Pada masa yang kita lewati bersama,
Ramadhan ini masih Ramadhan mereka di bawah deru perang yang membahana.


 [ Sadiqah Desa ] 



termaktub di sini,
antara susun-susun kata yang mampu menggetarkan.

l 25 Ramadhan, 1435 l

3 comments:

  1. alhamdulillah kita masih disini bernyawa. memperbaiki sosok jiwa yang alpa. terima kasih atas ingatannya. moga Allah terima ibadah dan puasa kita ;)

    ReplyDelete
  2. This masterpiece indeed means a lot

    ReplyDelete